Masjid Al Barkah
Masjid Al-Barkah berlokasi di Desa Pulokelapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Bangunan Masjid Al-Barkah terletak di tengah-tengah Desa Pulokelapa, atau lebih tepatnya di sisi ruas jalan ke arah komplek Pemakaman Syekh Quro, Pulubata, yang juga masih menjadi wilayah dari Desa Pulokelapa.
Lokasi masjid ini berdiri juga tidak terlalu jauh dari makam Raden Somaredja atau lebih dikenal dengan julukan Ayah Dji’in, yaitu seorang tokoh pemuka agama islam yang menemukan makam Syekh Quro. Gapura ke makam beliau yang bertuliskan “Makam Raden Soemaredja” juga terletak di ruas jalan didepan masjid ini, atau terpaut jarak sekitar 150 meter saja, atau bila berjalan kaki dapat ditempuh selama 2 menit.
Sebenarnya, tidak ada yang mengetahui kapan dan bagaimana masjid ini pertama kali dibangun. Namun, ada satu plakat pembangunan yang diletakkan diatas pintu kamar mandi, disisi kiri halaman masjid, menyebutkan bahwa pembangunan masjid ini merupakan hasil dari dana para donatur dari Kuwait.
Namun, plakat tersebut kemungkinan besar hanya menjelaskan bahwa pembangunan tempat wudhu dan toilet di halaman depan masjid memang dibiayai oleh pihak Kuwait. Apalagi, tarikh yang tercantum di plakat tersebut adalah tahun 2015-2016, sehingga tidak mungkin bahwa masjid ini dibangun pada tahun tersebut.
Pada awalnya, pagar beton mengelilingi seluruh bangunan masjid ini, namun dengan beberapa pertimbangan, pagar beton tersebut dirobohkan untuk menyediakan areal parkir kendaraan yang lebih luas. Apalagi, letaknya yang di pinggir ruas jalan utama, tentu saja akan menyulitkan bagi pengendara lain jika kendaraannya diparkir di pinggir jalan.
Sebagai sebuah Masjid yang lumayan besar, tentu saja masjid ini tidak hanya dimanfaatkan untuk sholat fardhu saja. Namun berbagai kegiatan keislaman untuk remaja sekitar juga terpusat di masjid ini, dan beberapa pengajian rutin terutama untuk ibu-ibu sering diadakan.
Arsitektur Bangunan Masjid Al-Barkah Pulokelapa
Masjid Al-Barkah dibangun sedemikian rupa dengan dua lantai. Sebanyak dua tangga akses ke lantai dua turut dibangun di sisi kiri dan kanan bagian teras depan. Ukuran bangunan masjid ini memang tidak terlalu besar, namun lebih memanjang dari sisi timur ke barat.
Keunikan dapat terlihat dibagian dalam masjid ini, yaitu tidak ada ruangan mihrab untuk masjid ini. Tempat imam untuk sholat hanya dibuat sedikit lebih tinggi dari tempat sholat ma’mum. Kemudian sebuah mimbar kecil minimalis juga diletakkan di area tersebut. kemudian, satu jam kayu diletakkan di sisi lain mihrab. Sedangkan dibagian atasnya dibuat berbagai tulisan kaligrafi yang indah, termasuk pada tembok bagiankiri dan kanan mihrab.
Jika kita berdiri di depan pintu utama masjid ini, kita dapat melihat ada jadwal untuk kumandang adzan pada wilayah tersebut, sehingga para muadzin tidak kebingungan dalam menentukan kapan adzan sholat fardhu mulai boleh dikumandangkan.
Pada bagian luar, kita dapat menemukan sebuah terop / peneduh yang terbuat dari seng didepan masjid. Kemudian 1 beduh ditempatkan dibagian luar, sebagai penanda waktu kumandang adzan telah tiba.
Saat ini, Masjid Al-Barkah Pulokelapa dibalut dengan dominasi warna putih, namun dengan beberapa warna biru dibagian pagar dan bagian kubah nya. Memang jia dilhat sekilas masjid ini justru mirip dengan bangunan pada zaman penjajahan belanda, karena arsitektur simetris yang dimilikinya.