Skip to content
Home » Artikel Qoobah » Masjid Nurut Taqwa

Masjid Nurut Taqwa

Sejarah Masjid Nurut Taqwa

Masjid Nurut Taqwa terdapat di Pegandon, Kendal, Jawa Tengah, tujuh kilo mtr. mengarah barat daya kota Kendal. Kehadiranya lepas dari karisma seorang tokoh Kerajaan Mataram Islam, yaitu Tumenggung Bahurekso yang sempat menggempur Batavia (Jakarta) untuk menyingkirkan Kompeni Belanda saat Mataram diperintah oleh Sultan Agung.

330px-Masjid_Nurut_Taqwa_Pegandon

Karena ketidakberhasilan yang dirasakan oleh prajurit Mataram, pada akhirnya mereka memundurkan diri serta kembali pada Mataram. Tetapi, awalnya pernah tinggal lama di Pegandon serta penganut Tumenggung Bahureksa pernah berdakwah di wilayah Pegandon. Salah satunya prajurit Kiai Jumerto yang berdakwah di wilayah Jumerto, Kiai Jebeng di wilayah Jebeng, Kiai Srogo di wilayah Srogo, Kiai Puguh di wilayah Puguh, Kiai Ploso di wilayah Ploso yang semua masih bersisihan dengan wilayah Pegandon.

Prajurit Tumenggung Bahurekso membuat bui (penjara) di selatan masjid. Tetapi, peninggalannya tidak bisa didapati lagi karena terjangan banjir.

Menurut pembicaraan Kiai Haya’ yang masih tetap ada keturunan (turunan) Tumenggung Bahurekso, di Pegandon, Tumenggung Bahurekso diketahui dengan panggilan Mbah Sulaiman. Tapi, ada yang mengatakan Singonegoro. Mbah Sulaiman atau Bahurekso atau Singonegoro bin Merah bin Batoro Katong (Sunan Katong) yang disebut keturunan dari Brawijaya V, Raja Majapahit yang makamnya berada di Kaliwungu. Menurut Kiai Haya’ Masjid Nurut Taqwa semakin duhulu ada dibandingkan dengan Masjid Kramat Pakuncen yang dibuat oleh Sunan Bewono. Kiai Haya’ tidak paham tentu siapa yang membuat masjid itu, tetapi dipercaya umurnya semakin tua dari Masjid Kramat Pekuncen. Serta, Sunan Bewono juga setiap saat berguru pada Mbah Sulaiman alias Tumenggung Bahurekso.

Kelebihan Masjid Nurut Taqwa

Bentuk Masjid Nurut Taqwa yang saat ini bukan asli lagi kerena sudah alami seringkali pemugaran. Bentuk asli masjid ialah semakin kecil serta dibuat dari kayu jati, mulai tiang sampai atapnya, hingga cepat rusak terserang air hujan. Di akhir tahun 1954 dilaksanakan perbaikan besar serta wujudnya bisa disaksikan seperti saat ini. Yang masih tetap sisa cuma beduk saja, sedang beberapa benda peninggalan Tumenggung Bahurekso yang lain, seperti arit serta gentong, telah raib. Serta, gentongnya telah beralih ke Masjid Pekuncen.

Salah satunya kelebihan masjid ini, dulu, walau berlangsung banjir besar, tetapi air belum pernah sentuh masjid. Kecemasan akan berlangsungnya banjir itu diduga sebab ada peringatan dari Mbah Sulaiman tidak untuk meninggikan masjid, sebab seputar masjid akan terbenang air bila banjir. Tapi, peringatan itu tidak diindahkan serta masjid masih ditinggikan. Mengakibatkan, betul-betul mengagumkan. Banjir seringkali mengganas melalui Sungai Bodri yang terdapat di belakang masjid. Serta, satu hari sesudah Idul Adha, banjir kembali lagi menempa serta merusak beberapa rumah masyarakat. Apa ini karena peringatan Mbah Sulaiman yang tidak digubris? Wallahu a’lam.

Selanjutnya, Kiai Haya’ menerangkan, walau makam Tumenggung Bahurekso berada di mana-mana, tetapi yang ada jasadnya cuma yang berada di belakang masjid ini. Serta petinggi Kendal, seperti Bupati Kendal, seringkali berkunjung ke makam Tumenggung Bahurekso itu. Menurut Kiai Haya’, berdasar nasehat sesepuh, sebelum ziarah ke Muria serta Kaliwungu, sebaiknya ke Pagandon dahulu, sebab posisinya dari Pegandon lalu Kaliwungu serta paling akhir di Muria Kudus.

Untuk kembali kenang jasa-jasa Tumenggung Bahurekso, pada tiap tanggal 27 Syawal diselenggarakan haul (peringatan kemangkatan). Beberapa peziarah yang tiba datang dari beberapa wilayah di Kendal. Serta, ada yang tiba dari Malaysia serta Singapura. Ini menunjukkan jika Mbah Sulaiman bukan hanya diketahui di Pegandon serta Kendal saja, tapi sampai ke luar negeri.

Walau tidak asli lagi, tetapi Masjid Nurut Taqwa simpan riwayat perjuangan serta peningkatan Islam di Nusantara. Serta, hari jadi kota Kendal juga tidak lepas dari riwayat perjuangan Tumenggung Bahurekso yang gagah perkasa melawan penjajah Belanda di Tanah Air.