Kota Bumi Pancasila
Kota Palangkaraya, Kalimatan Tengah yang dijuluki oleh penduduk menjadi Bumi Pancasila bukan sekedar mempunyai daya tarik kekayaan bumi yang melimpah, tapi pun bangunan-bangunan yang mempunyai arsitektur ciri khas daerah untuk mengawasi jati diri lokal.
Hampir semua bangunan instansi pemerintahan, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya di Kalimantan Tengah berwujud rumah kebiasaan dayak, komplet dengan ornament pedang serta perisai Suku Dayak. Tidak kecuali bangunan rumah beribadah, baik gereja ataupun masjid masih melekatkan ornamen-ornamen Suku Dayak itu.
Selama perjalanan dari Bandar Hawa Tjilik Riwut mengarah Kota Palangkaraya, persisnya di Jalan G. Obos Palangkaraya, ada satu mesjid yang cukuplah megah dengan style arsitektur yang ciri khas, Masjid Raya Darussalam.
Selintas corak serta warna kubah masjid sama dengan Masjid Hubbul Wathan di Lombok, Nusa Tenggara Barat sebagai bangunan Islamic Center. Tapi, Masjid Raya Darussalam yang mempunyai kubah berdiameter 32 mtr. ini memiliki kekhasan dengan balutan ornament Suku Dayak, salah satunya penyematan perisai Suku Dayak di tiap-tiap sudut bangunan masjid.
Jati diri ciri khas daerah menjadi kebijakan lokal (local wisdom) tidak dibiarkan masyarakat beragama di Kalimantan Tengah untuk wujudkan keberagaman bangsa Indonesia. Kebiasaan serta budaya lokal adalah satu keselarasan, bukan masalah yang butuh dibenturkan ditambah lagi dipertentangkan.
Kesesuaian ini disadari oleh salah seseorang masyarakat Palangkaraya bernama Mahfudin. Penduduk Palangkaraya berjalan sesuai dengan ketentuan bersama dengan, baik yang diputuskan pemerintah ataupun ketentuan yang sejak dahulu laku di dalam penduduk. Salah satunya masalah kepercayaan serta jati diri lokal.
Tapi, Mahfudin menjadi salah satunya pemuka agama di Palangkaraya tidak mengingkari, bentrokan antar-keyakinan bisa jadi berlangsung mengingat penduduk sekarang ini yang gampang terhasut beberapa info. Ia yang aktif di Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) masih mengawasi kerukunan dengan lakukan pekerjaan bersama dengan pemeluk serta pemuka agama lainnya di Palangkaraya.
Arsitektur Masjid Raya Darussalam
Masjid Raya Darussalam yang disebut salah satunya bangunan masjid termegah di Kalimantan Tengah otomatis ikut mengawasi kebersamaan serta keberagaman dengan masih melekatkan jati diri lokal. Jati diri lokal Suku Dayak ialah punya semua, hingga masjid yang berdiri atas tempat kurang lebih 5.000 mtr. persegi ini dapat jadi tujuan wisata buat siapa juga, tidak cuma umat Islam.
Masjid Raya Darussalam yang berada tidak jauh dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya ini diresmikan pada masa Gubernur Agustin Terasnarang pada 2014 kemarin. Tidak hanya kubah penting, pada Masjid Raya Darussalam pun dibuat empat kubah lainnya berkonstruksi sama dengan ukuran lebih kecil. Lima kubah ini melambangkan rukun Islam.
Masjid yang berdampingan dengan Asrama Haji Palangkaraya ini dibuat tiga lantai yang terbagi dalam lantai 1 untuk sarana kantor pengelola serta ruangan-ruangan spesial dengan luas 1.017 mtr. persegi.
Mengenai lantai 2 serta 3 ditujukan ruangan shalat penting masjid dengan luas 2.028 mtr. persegi. Luas keseluruhan masjid untuk dua lantai 3.358,5 mtr. persegi dengan kemampuan kira-kira 5.000 jemaah.
Halaman masjid itu dapat digunakan untuk shalat seluas 3.442,5 mtr. persegi, dengan kemampuan kira-kira 15.000 jamaah. Jadi kemampuan keseluruhan masjid ini sampai 20.000 jamaah. Kemampuan parkir mobil 72 unit serta untuk motor 300 unit dan di sekelilingnya pun ada ruangan terbuka. Kemegahan masjid ini makin optimal dengan bangunan menara masjid setinggi 114 mtr..