Masjid Sheikh Zayed
Masjid ini dibuat atas inspirasi serta perintah dari presiden pertama UEA, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan serta sesudah beliau meninggal dunia pada tahun 2004. Itu penyebabnya masjid ini dinamakan sama dengan nama beliau. Tokoh nasional Uni Emirat Arab sekaligus juga pendiri Negara di Timur Tengah ini meninggal dunia sebelum masjid impiannya terwujud.
Masjid Agung Sheikh Zayed mulai dibangun pada tahun 1996 dengan cost seputar 2 miliar dollar AS atau seputar Rp 28,5 triliun saat itu. Dibangun diatas 11 mtr. batas atas laut serta 9.5 mtr. di atas batas atas dataran dengan arah bisa jelas tampak dari semua pelosok arah. Tempatnya pula beliau yang memastikan yakni di antara Musaffah Bridge serta Maqta Bridge Abu Dhabi.
Sesudah Sheikh Zayed meninggal dunia di tahun 2004, proses pembangunan masjid diteruskan oleh putranya. Penyelesaian project pembangunan masjid ini di bawah perintah langsung dari Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, presiden Uni Emirat Arab, di bawah pengawasan saudaranya Jendral Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, yang disebut putra mahkota Abu Dhabi sekaligus juga menjadi wakil Panglima Angkatan bersenjata UEA. Serta di bawah supervise dari Sheikh Mansoor bin Zayed Al Nahyan, Wakil perdana menteri serta menteri masalah kepresidenan.
Menjadi salah satunya bangunan yang sangat banyak mengisap pengunjung di UEA, jadi dibentuklah Sheikh Zayed Grand Mosque Center pada tahun 2008 untuk mengatasi semua kepentingan masjid ini, bukan saja menjadi tempat beribadah akan tetapi sebagai tempat evaluasi lewat program program kunjungan ke masjid ini.
Saat diresmikan, Masjid Agung Sheikh Zayed menggondol berderet rekor dunia bukan saja menjadi masjid tetapi sebagai satu karya arsitektural moderen yang keindahannya memang tidak terbantahkan.
Diantara rekor-rekor itu ialah mempunyai lampu gantung (chandelier) paling besar dalam dunia serta mempunyai lembaran karpet dengan bentangan terluas dalam dunia. Masjid megah serta mempesona ini bukan saja jadi kebanggaan masyarakat Abu Dhabi tetapi pula sudah jadi sisi dari kekayaan arsitektural dunia Islam keseluruhannya.
Arsitektur Kubah Masjid Sheikh Zayed
Arsitektur Masjid Sheikh Zayed diinspirasi oleh dampak arsitektural Mughal (India, Pakistan, Bangladesh) serta Mooris (Maroko). Dibuat dengan 82 kubah bergaya Maroko serta semua dihias dengan batu pualam putih. Komplet dengan pelataran tengahnya seperti di masjid Badshahi di kota Lahore Pakistan yang bergaya Mughal.
Kubah penting masjid ini berdiameter 32.8 mtr. serta setinggi 55 mtr. dari dalam atau seputar 85 mtr. di luar. Mengacu pada Turkey Research Centre for Islamic History and Culture, bentuk kubah ini adalah kubah paling besar yang sempat dibikin dalam type yang sama. Keseluruhannya arsitektural masjid Zayed bisa dikatakan sebagai fusi dari arsitektural Mughal, Moorish serta Arab.
Ukuran masjid seluas 22.412 mtr. persegi itu sama dengan lima lapangan sepak bola serta bisa menyimpan 40.960 jemaah sekaligus juga terbagi dalam 7126 di ruangan penting, 1960 di ruangan sholat terbuka, 980 di ruangan sholat wanita, 22.729 di ruang Sahan (Courtyard atau pelataran tengah), 682 di selasar ruangan penting serta 784 di selasar pintu masuk penting.
Masjid ini mempunyai lebih dari 1000 pilar di ruang luar yang dilapisi lebih dari 20 ribu lembaran pualam serta batu alam polesan, termasuk juga lapis Lazuli, red agate, amethyst, abalone shell serta mother of pearl. Di ruangan penting ada 96 pilar bulat memiliki ukuran besar yang kesemuanya di lapisi dengan mother of pearl. Dan feature penting ekterior masjid ini tidak hanya 82 kubahnya ialah empat bangunan menara setinggi hampir 107 mtr. di empat pelosok masjid.