Bagaimana tata cara rukun umroh? Agama Islam merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya, dan Islam pun telah mengatur berbagai aspek kewajiban bagi umatnya, dan itu semua terangkum dalam rukun islam. Salah satu rukun islam yang menjadi penyempurna dari rukun-rukun yang lain yaitu ibadah haji.
Ibadah haji menjadi penyempurna dari rukun islam itu sendiri dan dilaksanakan bagi yang sudah siap dan mampu melaksanakannya. Haji sendiri dapat diartikan menyengaja memenuhi undanngan Allah untuk mengunjungi baitullah di tanah suci dengan melaksanakan ibadah tertentu, dan inti pelaksanaan ibadah haji adalah wukuf di padang arafah. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW: “Alhajju Arafah”, Haji itu wukuf di padang arafah”. Oleh karena itu haji dalam arti sempit sering diistilahkan dengan “wukuf”.
Haji sendiri pun merupakan ibadah yang sangat luar biasa, baik dari sisi persiapan maupun pelaksanaan. Dari sisi persiapan, ibadah haji ini butuh persiapan yang matang dan tidak sembarangan, persiapan ini meliputi persiapan lahir, bathin dan juga materi. Itu semua merupakan persiapan yang harus disiapkan secara matang oleh para jemaah haji.
Begitupun dengan aktivitas yang akan dilakukan dalam ibadah haji, aktivitas yang dilaksanakannya cukup banyak dan panjang, dan itu semua harus dapat dilakuan oleh semua jemaah haji. Selain haji ada lagi ibadah yang pelaksanaannya hampir sama dengan haji yaitu ibadah umroh. Umroh dengan haji hanya berbeda pada pelaksanaan waktu dan lamanya pelaksanaan. Jika haji dilaksanakan pada Bulan Dzulhijjah saja, maka umroh bisa dilaksanakan pada waktu kapan pun. Dan sebenarnya dalam pelaksanaan ibadah haji sendiri pun ibadah umroh masuk di dalamnya, namun kita dapat melaksanakan ibadah umroh selain di bulan Dzulhijjah, jadi umroh ini lebih fleksibel dari sisi waktu. Ibadah umroh pun sama dengan haji, ada rukun, syarat, dan wajibnya.
Rukun Umroh
Dan adapun yang termasuk ke dalam rukun umroh, syarat umroh, dan wajib umroh yaitu:
- Ihram (berpakaian ihram)
- Tawaf
- Sa’i
- Tahalul
- Tertib
Syarat Umroh:
- Islam
- Balig
- Berakal sehat
- Merdeka
- Istitha’ah
Wajib Umroh:
- Ihram (niat ihram dalam miqat)
- Meninggalkan yang dilarang dalam ihram
- Melaksanakan tawaf wada
Kesemua itu harus dapat dipenuhi dalam pelaksanaan ibadah umroh, terutama rukun umroh, rukun umroh harus dapat dilaksanakan seluruhnya, karena rukun merupkan ketentuan yang harus dilaksanaan dalam setiap pelaksanaan ibadah, jika rukunnya tidak dilaksanakan maka ibadah tersebut pun menjadi tidak sah. Oleh karenanya rukun umroh tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik oleh setiap jemaah haji, dan rukun umroh ini menjadi hal yang harus benar-benar dipahami oleh para jemaah haji.
Dalam pelaksanaan ibadah haji dan umroh dikenal dengan istilah mabrur yakni diterima haji dan umrohnya. Indkator dari mabrur ini yaitu jika seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji amal perbuatan dan ibadahnya menjadi lebih baik dan meningkat, berarti label mabrur tadi pun layak disematkan padanya.
Namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya yaitu mardud yakni ditolak yang indikatornya yaitu segala amal ibadah dan perbuatannya tidak ada perubahan pasca haji dan umroh, maka label mardud pun bisa tersematkan padanya.
Fenomena Dalam Ibadah Haji
Saat ini banyak terjadi fenomena memilukan terhadap orang-orang yang melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji dan umroh lebih sering dimaksudkan untuk mencari keuntungan duniawi saja, seperti mendapat gelar Haji dan Hajjah yang oleh orang Indonesia dianggap gelar yang prestisius dan membanggakan. Terlebih ketika ini sudah tercantum berderet dengan nama pribadi dan panggilan pun turut berubah, menjadi Pak Haji dan Bu Haji, dan yang uniknya hal ini hanya terjadi di Indonesia saja.
Selain karena gelar, motif lain dari ibadah haji yaitu ada kebanggaan tersendiri bagi yang telah melaksanakannya, karena ibadah haji ini merupakan ibadah yang high cost maka setiap orang yang telah melaksanakannya pasti memiliki kebanggaan tersendiri, ditambah akan mendapat banyak pujian dan apresiasi sepulang dari ibadah haji. Dan bagi pejabat publik haji pun sangat penting, karena jika ada pejabat publik yang belum haji biasanya ada pembicaraan negatif terhadapnya, dan juga setiap orang yang telah haji biasanya dianggap sebagai orang salih, dan fakih dalam agama, padahal hal tersebut jelas sama sekali tak menjamin.
Saking menariknya pembahasan mengenai ibadah haji, banyak dari pembuat film dan sinetron yang menanyangkan film dan sinetron tentang haji ini. Film layar lebar yang menayangkan tentang haji ini yaitu Film “Emak Naik Haji”, fim yang dibintangi oleh Reza Rahardian dan Ati Cancer ini benar-benar laris ditonton masyarakat. Film yang mengisahkan perjuangan seorang anak yang ingin menghajikan emakknya, yang telah sangat lama bercita-cita ingin naik haji. Film ini begitu mengaharukan, menyentuh, menginspirasi, dan juga banyak memberikan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari film tersebut. Film ini pun mendapat banyak penghargaan bergengsi dan juga apresiasi dari berbagai kalangan.
Selain dalam film layar lebar, di layar televisi pun ada tayangan mengenai haji, yakni “Tukang Bubur Naik Haji”. Sinetron yang awalnya FTV ini begitu menyedot perhatian masyarakat, dan sinetron ini pun saat ini sedang digemari oleh masyarakat. Hampir sama seperti Emak Naik Haji, dalam sinetron ini mengkisahkan penjual bubur ayam yang bernama Sulam yang bercita-cita ingin menghajikan ibunya yang sangat ingin pergi naik haji. Karena keinginannya yang begitu tinggi, banyak masyarakat sekitar yang mencemooh dan menggunjingnya karena dianggap tak tahu diri, hanya berjualan bubur saja ingin pergi naik haji. Namun mereka bersabar terhadap hal tersebut dan terus memaksimalkan ihktiar, salah satuya dengan bersedekah kepada anak yatim piatu.
Singkat cerita Sulam mendapatkan rezeki melalui penjualan mobil yang didapatkannya melalui undian bank, dan akhirnya Sulam beserta istri, emak dan tetangganya pun pergi haji.
Hal lain yang membuat kisah sinetron tersebut semakin menarik yaitu ada sosok H. Muhidin dan Hj. Maemunah yang menjaadi tokoh antagonis dalam sinetron tersebut. Mereka sangat iri dengan keberhasilan Sulam dan keluarganya yang dapat pergi haji, dan mereka pun tidak ingin tersaingin oleh Sulam dan keluarganya.
Mereka pun sering melakukan berbagai hal yang tidak baik seperti menuduh, memfitnah dan memaki-maki Sulam dan keluarganya karena kebencian terhadap mereka. Ditambah mereka pun selalu mengungkit-ngungkit bahwa mereka sudah Haji 2 kali dan orang terpandang di kampung tersebut. Sifat iri, dengki, hasud dan riya H. Muhidin dna isterinya ini jelas memberi pelajaran bagi kita dan ini pun merupakan refleksi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Betapa banyak orang yang menunaikan ibadah haji hanya sebatas untuk mencari popularitas diri, bukan karena berniat ibadah sebagai manifestasi penghambaan kepada Alloh SWT sehingga merasa besar dan bangga ketika sudah berhaji. Belum lagi sering muncul penyakit-penyakit hati ketika ada orang yang mendapatkan nikmat, sehingga melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji. Namun terlepas dari itu semua, tentunya masih banyak orang-orang yang berhaji yang berniat tulus beribadah kepada Allah, bukan untuk mencari popularitas ataupun pujian makhluk.
Oleh karenanya kita harus dapat meluruskan segala niatan amal ibadah yang kita lakukan. Tantangan terbesar dari setiap amal ibadah yaitu niat, niat inilah yang akan menentukan segalanya, dan bila niat saja sudah tidak benar, maka hanya kesia-siaan yang didapat. Kita pun dapat bercermin dari kisah-kisah di atas, karena sesungguhnya niat tulus karena Allah dapat menghantarkan kita kepada Surga-Nya. Maka tanyakan kembali kepada diri kita, niat karena Allah atau karena makhluk?