Masjid Baiturrahim Ulee Lheue
Masjid Baiturrahim terdapat di Lokasi Objek Wisata Pantai Cermein, Kecamatan Meuraksa, Banda Aceh, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. masjid ini dibangun di lokasi daerah wisata pantai cermin Ulle Leheu, yakni satu daerah yang begitu indah dengan penuh masa lalu riwayat. Lokasi Pantai Ulee Lheue dipakai penjajah belanda menjadi pintu gerbang untuk menjajah semua propinsi banda aceh. Satu Dermaga Belanda ikut dibuat pada seputar tahun 1874 – 1875 untuk jalan masuk pasukan dari Belanda. Lalu jalan kereta api juga ikut dibuat, dengan stasiunnya yang dibangun dimuka Masjid Raya Batiturrahman.
Masjid Baiturrahim juga jadi satu diantara bangunan masjid yang masih berdiri kuat walau telah dirundung musibah gempa serta tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada tahun 2004 kemarin. Masjid Baiturrahim Ulee Lheue ini dapat disebutkan menjadi “Masjid Ajaib”, sebab memang saat musibah itu merusak semua daerah pemukiman masyarakat seputar, cuma bangunan Masjid Baiturrahim ini saja yang masih berdiri kuat, sedang bangunan-bangunan lain di sekelilingnya hancur lebur.
Riwayat Pendirian Masjid Baiturrahim Ulee Lheue

Masjid Baiturrahim ini telah berdiri semenjak waktu kesultanan Aceh sekitar era ke-17 Masehi. Saat itu, masjid ini bernama “Masjid Jami’ Ulee Lheue” atau dibaca Masjid Jami’ Ole Le. Pembangunannya dikerjakan diatas tanah wakaf keluarga Teungku Hamzah. Saat waktu penjajahan belanda, persisnya pada tahun 1873, warga seputar Banda Aceh sangat terpaksa lakukan sholat jum’at di Masjid Baiturrahim saat masjid Baiturrahman dibakar habis oleh penjajah Belanda.
Semenjak dibangun pertama-tama pada era ke-17, sampai sekarang masjid ini telah alami seringkali pemugaran. Sebelumnya, keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu, dengan bentuk simpel. Hanya karena terbuat berbahan baku kayu, pada akhirnya masjid ini juga dikonsumsi waktu serta harus dibangun lagi.
Pada tahun 1922, saat waktu penjajahan Kolonial Hindia Belanda, Masjid Baiturrahim dibuat lagi dengan bahan baku permanen, dengan style arsitektur ciri khas Eropa, dan dihiasi beberapa kaligrafi ciri khas ejaan Arab Jawa. Masjid ini dibuat lagi tanpa ada material besi atau beton bertulang, tetapi cuma memakai batu bata serta semen saja menjadi materialnya. Dana pembangunan lagi masjid ini di biayai oleh swadaya warga Meuraxa saja.
Pembangunan masjid ini dikerjakan dengan azas swadaya gotong-royong antar warga, ditambah lagi dapat disaksikan jika saat itu perjuangan pengumpulan dana dapat disebut begitu berat serta memakan waktu yang relatif lama. Beberapa nelayan sehari-harinya akan menyisihkan sebagaian penjualannya, lalu ibu-ibu akan menghimpun beras dikit demi sedikit dalam karung beras sekitar satu kaleng susu tiap hari, lalu di akhir bulan akan diberikan pada panitia masjid.
Pemugaran Masjid Baiturrahim Ulee Lheue
Sebelumnya, masjid ini usai dibangun lagi pada tahun 1923 dengan bangunan tanpa ada kubah seperti masjid-masjid biasanya, cuma mempunyai atap yang berupa persegi empat saja. saat itu, cuma sekitar 400 sampai 500 jamaah saja yang bisa ditampung oleh masjid ini. Pada akhirnya, pada tahun 1981, Masjid Baiturrahim memperoleh bantuan dari Kerajaan Arab Saudi untuk pelebaran ke samping ruang masjid hingga daya tampungnya dapat makin bertambah sampai 1.500 orang.
Beberapa musibah juga dihadapi oleh bangunan masjid ini, yakni pada tahun 1983 saat Banda Aceh diguncang gempa dahsyat serta merusak kubah masjid Baiturrahim. Lalu pada tahun 1993, perbaikan besar-besaran yang dikerjakan membuat seputar 60% bangunan baru, sebab sejumlah besar masjid telah hancur. Sekitar 40% bangunan yang dapat kita lihat sekarang ini adalah bangunan asli dari tahun 1970-an.