Sejarah Perjuangan Muslim Makassar di Masjid Raya Makassar
Masjid Raya Makassar di Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan, simpan banyak cerita riwayat yang sedikit dijumpai orang. Salah satunya cerita berkenaan tempat beribadah yang berada di Jalan Mushola Raya, Kecamatan Bontoala, ini adalah saat jadi saksi perjuangan rakyat Makassar menyingkirkan beberapa penjajah.
Lalu design awalnya mushola yang direncanakan oleh Mohammad Sobardjo ini rupanya serupa tubuh pesawat pengebom punya Amerika Serikat yang disebut sekutu dari pasukan Belanda. Pesawat pengebom punya sekutu ini tipe B-29 dipakai saat berlangsungnya perang dunia ke-2 .
“Jika bangunan Mushola Raya lama ini direncanakan oleh juara sayembara, Mohammad Sobardjo. Dari bentuknya seperti tubuh pesawat B-29,” kata Imam Rawatib II Mushola Raya Makassar M Syahrir, Selasa (4/5) “Dari riset sejarahnya lebih kurang seperti itu,” katanya. Menurut Syahrir tanah yang saat ini dihuni Mushola Raya Makassar ini dahulunya sebuah lapangan yang umum dijadikan tempat untuk bermain sepak bola.
Pada periode Hindia-Belanda, tanah ini haknya digenggam dalam istilahnya di periode itu Eigendom Vervonding, dengan atas nama Liong Soeisie De Stadsgemeente dan Het Gouvememet Van Nederlansche. Namun, di periode kemerdekaan Bangsa Indonesia, terang Syahrir, tanah itu selanjutnya diambil pindah dan terkuasai seutuhnya oleh negara. Seterusnya, diberi ijin untuk digunakan oleh warga dengan dibuat tubuh pengurus.
“Selanjutnya diatur untuk aktivitas peribadatan warga. Tanah ini luasnya capai 13.912 mtr. kubik,” jelasnya. Pada tahun 1947 pembangunan mushola diprakarsai oleh Anregurutta Kyai Haji Ahmad Bone, yang disebut sesepuh dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan.
“Dibentuklah panitia dan dipilih KH Mukhtar Lutfi sebagai panitia pembangunan mushola,” ucapnya. Di tanggal 27 Mei 1949 bangunan Mushola Raya Makassar disahkan dan warga di saat itu sudah dapat memakai untuk melaksanakan ibadah.
Tapi, kata Syahrir ditanggal 5 Agustus 1950 terjadi kejadian penembakan pada ulama yang sudah dilakukan tentara Hindia-Belanda, Koninklijke Nederlands (ch)-Indische Leger (KNIL). Masalahnya ulama waktu itu dipandang sudah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia hingga mereka ditembak mati.
Pada satu hari awalnya, persisnya di tanggal 4 Agustus, beberapa ulama turut menolong menjelaskan ke warga makna proklamasi kemerdekaan dalam sebuah khutbah Jumat. “Waktu itu, ulama sebagai korban statusnya sebagai ketua umum Mushola Raya Makassar,” paparnya. Presiden pertama Indonesia, Soekarno di tahun 1957 pernah tiba bertandang dan melakukan Sholat Jumat berjemaah.
Bung Karno lanjut ia, memiliki arah untuk berkomunikasi dan ajak pimpinan Darul Islam-Tentara Islam Indonesia (DI-TII) Kahar Muzakkar untuk kembali tergabung dengan Indonesia.
Berlalu sekian tahun selanjutnya, Presiden ke-2 RI, Soeharto yang mengunjungi Mushola Raya Makassar pada tahun 1967.Saat itu presiden memberinya kontribusi sejumlah Rp50 juta ke Pondok Pesantren Mahad Manahilil Ulum Guppi di Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Selainnya dijadikan tempat beribadah, mushola ini aktif dipakai sebagai tempat aktivitas religius yang lain, seperti pengajian umum sampai pembimbingan Al Quran, hingga warga saat itu aktif ikuti serangkaian aktivitas yang nyaris setiap hari dikerjakan.
Semenjak penempatan batu pertama, bagian-bagian bangunan mushola alami kerusakan, terhitung pada bagian atap dan kubah mushola, karena termakan umur yang waktu itu telah capai 30 tahun. Selanjutnya pada tahun 1978 dilaksanakan perbaikan sisi mushola yang hancur.
“Saat diperbaiki itu tidak mengganti wujud asli mushola cuman menukar kerangka balok penyangga atap telah lapuk termakan rayap,” terangnya.
Saat dilaksanakan perbaikan papar Syahrir tiba dari beberapa pemurah hati, terhitung Panglima Kodam VII Wirabuana (saat ini Kodam XIV Hasanuddin), Mayjen TNI Nana Nurandana, bekas Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Oddang dan Ahmad Lamo.
“Tetapi, hasil perbaikannya kurang cukup menyenangkan, karena masih tetap ada sisi yang hancur,” ucapnya. Karena kerusakan waktu itu, ungkapkan Syahrir seseorang jemaah terkena material untuk bangunan yang hancur sampai wafat. Dari peristiwa itu, sambungnya pengurus mushola selanjutnya berpikir untuk membedah dan membuat desain bangunan mushola yang kuat sampai saat yang lumayan lama.
Hingga di tahun 9 Oktober 1999, Mushola Raya Makassar juga alami perbaikan besar dan bekas Gubernur Sulsel, HZB Palaguna menempatkan batu pertama pembangunan awalnya mushola. Tetapi, cuman kubah menara mushola yang didiamkan masih tetap utuh. Masalahnya kubah itu sebagai pemberian dari Raja Bima, Sultan Kaharuddin untuk kenang kembali riwayat sebagai lambang pertemanan.
Kubah yang memiliki ukuran 36 mtr. yang ada di pucuk mushola dihadirkan khusus dari Australia dengan perkiraan bujet yang dipakai capai Rp25 miliar. Mushola sama ukuran 36×36 mtr. ini sesudah dilaksanakan perbaikan alami peralihan yang cukup mencolok. Design mushola itu di-claim sebagai arsitektur kekinian. Sementara, mihrab mushola mengingati ke kebesaran Islam di Cordoba, Spanyol.
Mushola Raya Makassar mempunyai daya magnet pada bagian 2 buah menara yang masing-masing tingginya sekitaran 66,66 mtr. dan dikitari dengan 4 kubah kecil sampai keelokan barisan kaligrafi yang menghias dinding dan langit-langit mushola. Begitulah artikel tentang Sejarah Perjuangan di Masjid Raya Makassar.